Selasa, 26 Oktober 2010

Polling Perdamaian Aremania-Viking oleh Bobotoh

Seminggu menjelang pertandingan delapan besar Piala Indonesia, antara Arema Indonesia dan Persib Bandung, saya chatting dengan salah satu teman via Facebook. Teman saya tersebut adalah seorang Bobotoh, yang kebetulan mengenal saya setelah membaca salah satu artikel yang dimuat oleh redaksi ongisnade.net yaitu “Pembuktian One Soul One Blue”.


Dia memberitahu saya salah satu grup di Fb yang berjudul “SMS-KABEHDULUR (share ti bobotoh ka bobotoh sa’alam dunya)”. Salah satu programnya adalah mengirim sms secara massal kepada anggota yang telah registrasi melalui ponsel. Sms yang dikirim berisi informasi mengenai Persib Bandung dan Bobotoh. Salah satu yang membuat saya tertarik adalah adanya sebuah polling tentang tanggapan Bobotoh mengenai Aremania – Viking yang dilakukan sekitar akhir Juni 2010 melalui sms-centre tersebut.
Hasil Polling

Hasil polling merupakan gambaran bagaimana sikap Bobotoh dengan pertanyaan yang diajukan yaitu “Setujukah dulur-dulur (Bobotoh) Viking – Aremania berdamai?”. Polling tersebut murni diikuti oleh Bobotoh yang tersebar di Jawa Barat. Koresponden yang mengikuti polling hanya dapat mengirimkan jawaban satu kali saja, karena software akan menolak secara otomatis apabila koresponden mengirimkan hasil jawaban lebih dari satu kali. Polling ini bukan rekayasa atau polling fiktif.

Terlepas dari pro-kontra mengenai permasalahan ini, sepatutnya kita memberi apresiasi terhadap pergerakan rekan-rekan Viking yang mempunyai itikad baik untuk memperbaiki hubungan kedua supporter. Usaha seperti ini akan mubazir apabila tidak ada usaha terus-menerus dari kedua belah pihak untuk benar-benar memperbaiki hubungan seperti sedia kala. Dibutuhkan pendewasaan ekstra memang, bagaimana melupakan segala sakit hati atas peristiwa pahit yang telah terjadi.

Propaganda perdamaian seperti ini semata-mata ingin menepis anggapan khalayak ramai bahwa suporter itu anarkis. Tidak! Justru jauh lebih banyak suporter yang menjunjung tinggi perdamaian dan tidak setuju dengan kemelut, gesekan, dan permusuhan antar suporter. Suporter memang bukan individu berkepala sama, tidak mudah memang menyadarkan pihak-pihak yang tidak sportif mendukung sebagai suporter. Namun selama masih ada suporter cinta damai, rasanya bukan tidak mungkin optimisme terwujudnya sepakbola nasional yang kondusif bisa terwujud.

Semoga menjadi sarana introspeksi diri bagi semua yang mengaku ‘suporter sejati’. Suporter sejati, mendukung dengan hati, bukan menomorsatukan emosi.

Salam Satu Jiwa!!!

(marlitha_giofenni@yahoo.co.id)

1 komentar:

  1. sayangnya,,masih banyak orang diluar sana yg udah menstigma komunitas supporter.mereka terlalu pesimis dengan perubahan,gak yakin bahwa kita bisa jadi lebih baik.maka mari kita buktikan kalau pesimisme dan stigma mereka itu salah,,,

    BalasHapus