Minggu, 27 Juni 2010

Sebuah Ironi Aremania Parahyangan

Ayas masih ingat kali pertama bertemu dengan komunitas Aremania yang ada di Bandung, tanggal 16 Mei 2010 di tempat futsal Soccer Cop Kiaracondong Bandung. Itupun setelah berselancar di dunia maya, melalui jejaring sosial Facebook dimana status ayas beberapa kali menanyakan keberadaan basis supporter Singo Edan di Bandung. Sam Deddy ‘Singa Urban’ lah yang peduli dengan pertanyaan ayas tersebut dan memberi informasi jadwal pertemuan Aremania di Bandung dengan acara futsalnya.



Dengan sedikit kenekatan dan keyakinan, ayas berangkat sendiri mencari tempat futsal tersebut. Rupanya tidak mudah, ayas ketinggalan KRD (kereta yang melayani jalur Padalarang-Cicalengka), beberapa kali bertanya kepada orang di jalan, sampai naik turun angkot secara tidak jelas. Akhirnya ayas menemukan beberapa nawak-nawak beratribut Aremania dan Singo Edan sedang nongkrong di pinggir jalan. Tanpa canggung ayas bergabung dengan mereka (walaupun pada waktu itu ayas adalah AREMANITA satu-satunya), dan sambutannya luar biasa positif.



Begitulah awal perkenalan ayas dengan mereka. Selain futsal, kami juga nonton pertandingan terakhir AREMA INDONESIA ISL musim ini di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta. Kami juga nonton bareng pertandingan AREMA INDONESIA vs All Stars, dengan pelengkap nakam oskab gratis (sumbangan Aremania juragan oskab di Bandung). Selain itu, tanggal 12 Juni 2010 kami berkumpul dengan Paguyuban Arema, komunitas orang-orang Malang yang tinggal di Bandung. Begitulah, cara kami berusaha eksis di Kota Bandung dan sekitarnya.

Walaupun baru sebulan, tapi ayas sudah menganggap mereka layaknya keluarga sendiri. Perasaan senasib berada di perantauan membuat kami gampang akrab, apalagi sesama Aremania, berasal dari daerah yang sama. Ketika menonton pertandingan AREMA INDONESIA vs PERSIJA di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, 30 Mei 2010, kami kompak mengenakan soak warna biru bergambar kepala singa dan Gedung Sate, serta bertuliskan AREMANIA PARAHYANGAN. Ya, menjadi sebuah cita-cita kami bersama untuk membentuk korwil secara teroganisir, dengan acara-acara yang bermanfaat, sebagai wujud keseriusan komunitas kami.

Namun, kenyataan tak seindah harapan. Jalan untuk merealisasikan hal tersebut tersandung oleh beberapa hal. Salah satunya adalah kota dimana basis kami berada sekarang adalah kota yang juga mempunyai supporter sepak bola yang tak kalah fanatik terhadap tim kebanggaannya, Persib Bandung, mereka adalah Bobotoh Persib atau Viking. Masalahnya, akhir-akhir ini hubungan Aremania dan Viking kurang kondusif. Entah karena provokasi dari pihak mana atau masalah apa, sehingga yang pada mulanya hubungan antara kedua supporter ini baik-baik saja, sekarang menjadi agak panas!

Kami memang mendapat restu dari sesepuh-sesepuh orang Malang yang ada di Bandung untuk membuat kepengurusan Aremania Parahyangan, tapi diharapkan keberadaan kami sekarang tidak terlalu dimunculkan ke permukaan. Ironis! Di satu sisi, tujuan kami ingin mendirikan Aremania Parahyangan adalah untuk menunjukkan eksistensi kami di sini, tapi di sisi lain diharapkan tidak terlalu mencolok (di Bandung) untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Memang, menjadi Aremania di Bandung (akhir-akhir ini) tidak seperti menjadi Aremania di Malang yang bebas mengenakan atribut kapanpun dan dimanapun tanpa khawatir. Berdasarkan pengalaman, beberapa kali ayas harus siap menebalkan telinga ketika mengenakan atribut AREMANIA di tempat umum, minimal menerima tatapan dari beberapa pasang mata yang aneh melihat ayas mengenakan soak Aremania atau memasang pin AREMA di tas. Dibutuhkan sebuah nyali untuk berani tampil di hadapan publik yang notabene pendukung setia Maung Bandung. Memang, tidak semua orang antipati terhadap Aremania, beberapa teman ayas (Bobotoh Persib) justru terang-terangan mendukung AREMA INDONESIA untuk kompetisi di kancah internasional dengan menyarankan pemain-pemain mana saja yang harus direkrut musim depan. Jadi tidak dapat disimpulkan bahwa semua Bobotoh Persib anti Aremania.

Masih segar dalam ingatan ayas bagaimana merasa begitu tegang saat bus rombongan Aremania Parahyangan yang menuju Jakarta nyaris dilempari batu di jalan tol oleh sekelompok pemuda. Dan suasana mencekam sepanjang perjalanan ngalup, tidak ingin bus kami menjadi sama nasibnya seperti rombongan lain yang kaca bus-nya pecah akibat ulah oknum tidak bertanggung jawab. Ternyata perjalanan Aremania kala itu adalah sebuah perjalanan yang mengandung ahayab dan menantang maut. Terbersit rasa sedih (ayas sempat menangis), marah, kecewa, dan pemberontakan dalam diri ayas, entah untuk siapa… Tapi hal itu semakin menguatkan jiwa ayas, tak lagi sekadar supporter fanatik, namun Aremania sudah menjadi spirit dan jati diri… Sebuah perjuangan tak kenal lelah, pantang menyerah, penuh loyalitas tanpa patas, dan bukti bahwa AREMA tidak kemana-mana, tapi dimana-mana!

Sampai sekarang ayas masih kadit itreng, sebab musabab apa yang menyebabkan Viking dan AREMANIA menjadi kurang kondusif. Ayas sama kadit itreng-nya, mengapa Aremania dan Bonek menjadi sangat berbenturan? Apakah karena Viking bersatu hati dengan Bonek lalu secara otomatis Viking menjadi bersebarangan dengan Aremania? Apakah Aremania merasa senasib dengan The Jak, lalu sekarang menyaingi duet Bonek-Viking?

Sampai kapan kita berkutat dengan hal-hal seperti itu, sehingga membuat semangat sepak bola menjadi terabaikan, yaitu sportivitas. Bukan saatnya kerusuhan antar supporter menjadi deadline surat-surat kabar dan berita-berita internet, sedangkan prestasi sepak bola nasional kita tidak beranjak naik dari papan bawah! Waktunya mencari solusi, bukan kambing hitam dan saling menyalahkan satu sama lain.

Cinta terhadap tim memang perlu, tapi jangan cinta buta! Kita harus punya mata untuk melihat, melihat mana yang baik dan mana yang buruk. Tidak ada manfaatnya membalas ejekan, cemoohan, dan lemparan dengan cara yang sama. Tidak akan ada akhirnya apabila permusuhan terus dikumandangkan. Menunjukkan cinta bukan dengan seperti itu, kawan! Berdamai bukan solusi konyol kok! Justru sangat logis. Berdamai bukanlah kalah! Memaafkan tidaklah merendahkan harga diri! Kita tunjukkan bahwa kita adalah supporter yang layak menjadi teladan. No rasis, tidak hanya menjadi slogan semata, mari kita buktikan!

Ataukah justru kita biarkan saja segala benturan-benturan antar supporter ini menjadi sebuah tradisi klasik yang ada sejak jaman dulu sampai entah kapan, sebagai sebuah warna tersendiri dalam meramaikan kancah sepak bola di negeri kita? Agar terkesan ‘nyeni’ dan tidak monoton! Meniru pendukung Inter Milan dan Barcelona di Italia. Oh, betapa tidak punya otak dan hati (maaf) kalau ada yang menyetujui hal ini!!!

Dengan menulis seperti ini, jangan diartikan ayas tidak loyal terhadap tim, jangan dimaknai ayas bukan Aremania sejati. Sebuah loyalitas supporter ditunjukkan dengan seberapa besar mendukung tim kebanggaanya untuk berprestasi lebih baik di kancah sepak bola nasional, bahkan internasional. Supporter sejati mampu menjaga nama baik dan kredibilitas supporter dan tim yang didukungnya. Menjadi supporter brutal dan rusuh justru itulah yang mencoreng semangat sepak bola itu sendiri, selain itu membuat orang lain merasa tidak nyaman dengan keberadaan supporter.

Bukannya ayas lupa dengan Aremania yang menjadi korban saat kerusuhan antar supporter atau Aremania yang menjadi korban kecelakaan saat mendukung Singo Edan bertanding (mari berdoa untuk Sam Hari Sutiyono). Kadit, ayas kadit lupa dengan perjuangan nawak-nawak hebat tersebut! Tapi selayaknya pengorbanan mereka kita hargai dengan tidak ada lagi nyawa-nyawa melayang dengan sia-sia. Sampai kapan kita menjadi supporter pasif, tanpa aksi mendiamkan hal-hal yang sebenarnya tidak kita terima secara nurani terjadi. Ayas yakin supporter yang membaca artikel ini adalah supporter yang berpendidikan dan bermoral, tentunya tidak ingin segala bentuk benturan dengan supporter lain merusak kerja keras yang telah ini kita bangun bersama selama, menjadi supporter terbaik. Sebarkan virus perdamaian!

Ayas juga yakin, supporter-supporter anarkis tersebut adalah oknum, yang bukan supporter sejati. Tentunya jauh lebih banyak yang masih memiliki nurani dan cinta kasih terhadap sesama. Kalau kita mau bersatu, saling mengingatkan satu sama lain, saling menghargai, menghormati, dan punya toleransi tinggi terhadap tim apapun yang didukung, tentunya perdamaian antara AREMANIA – Bonek, maupun Viking – The Jak bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan. Walaupun tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh usaha maksimal dan doa untuk mewujudkannya, tapi ini suatu hal yang realistis!

Beberapa perwakilan AREMANIA PARAHYANGAN menawarkan diri untuk melakukan mediasi dengan ‘Panglima’ Viking dalam waktu dekat. Pendekatan seperti ini diperlukan, mengingat keinginan kami untuk eksis di Bandung dengan aman, tanpa takut mendapat serangan dari pihak yang kurang senang dengan keberadaan kami. Semoga kebebasan berkespresi kami tidak terkungkung lagi. Bagaimanapun juga di kota ini kami mendapat kesempatan mencari sedikit ilmu dan sesuap nasi, disinilah kami mendapatkan rejeki, paling tidak kami harus menghargai lingkungan kami. Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Namun, kami ingin tetap menunjukkan jati diri kami sebagai bagian tak terpisahkan dari Ngalam, AREMANIA, AREMA, dan INDONESIA …

Ayas sampaikan terima kasih kepada redaksi ongisnade.net yang bersedia memuat curhat dan artikel-artikel ayas. Seperti inilah cara seorang AREMANITA berusaha menunjukkan eksistensi AREMANIA PARAHYANGAN kepada nawak-nawak di seluruh Indonesia. Kami akan tetap berjuang, apapun yang terjadi jiwa dan semangat AREMANIA akan bersemayam dalam benak kami, sampai nanti, sampai mati. Mohon dukungan dan saran-saran dari nawak-nawak (fb marlitha_giofenni@yahoo.co.id). Nuwus…

SALAM SATU JIWA. AREMANIA, never ending supporter forever after!

Suara Aremanita di Tanah Sunda

Ayas adalah salah satu Aremanita, yang lahir dan besar di Malang (tepatnya Singosari) selama 18 tahun. Tapi 2 tahun yang lalu ayas ‘terpaksa’ hijrah ke sebuah kota kecil di sebelah Kota Bandung, yaitu Kota Cimahi, di mana ayas mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi secara gratis (beasiswa) atas sponsor dari sebuah perusahaan susu terkenal di Bandung.

Ayas baru berani menyebut diri ayas sebagai Aremanita justru ketika ayas berada di kota yang jaraknya beratus-ratus kilometer dari markas Arema, bukan berarti ayas dulunya tidak suka Arema. Sejak kecil ayas suka menonton pertandingan Arema yang ditayangkan di televisi dan selalu senang melihat konvoi Aremania di jalan raya setelah pertandingan usai. Orang tua tidak mengijinkan ayas untuk menonton di stadion, alasannya adalah ayas perempuan, masih licek, dan tidak ada yang menemani. Dalam pikiran ayas waktu itu adalah “Oke Pak, Bu’, untuk sekarang mungkin masih belum saatnya, tapi suatu saat ayas harus nonton langsung di stadion!”.

Dan angan itu terwujud! Sehari menjelang ayas balik ke Cimahi setelah mudik, tepatnya tanggal 30 September 2009, adik laki-laki (15 tahun) ayas yang rupanya waktu itu mulai menggandrungi Arema, tiba-tiba mengajak ayas menonton pertandingan dalam rangka launching team Arema untuk ISL musim 2009/2010. Dengan sedikit kenekatan, ayas dan adik berangkat, berboncengan naik sepeda motor Bapak menuju Stadion Kanjuruhan. Tanpa sepengetahuan orang tua, karena kalau bilang dulu pasti dilarang.

Perjalanan 1 jam dari hamur ayas di daerah Singosari menuju Kanjuruhan ayas lalui dengan hati riang, untung saja ayas sudah punya atribut Arema jadi ayas semakin percaya diri bergabung untuk pertama kali dengan simpatisan Arema. Sampai di Stadion ayas tak henti-henti bersyukur bisa melewatkan momen yang sudah ayas tunggu sejak lama, berada di antara ribuan Aremania, menonton pemain Arema bertanding, mendengar riuh rendah suara yel-yel penyemangat yang membahana memenuhi seluruh stadion.

Sungguh pengalaman yang menakjubkan. Pengalaman pertama bertemu dengan Aremania di jalan raya yang berbondong-bondong menuju satu tujuan yang sama, Stadion Kanjuruhan. Pengalaman pertama memakai atribut Arema. Pengalaman pertama membeli tiket lewat calo (untuk yang satu ini tidak patut dibanggakan, karena waktu itu ayas dan adik belum tahu dimana membeli tiket resmi , apalagi berangkatnya mendadak). Pengalaman pertama memasuki Stadion Kanjuruhan. Pengalaman pertama melewati petugas penyobek karcis di Stadion. Pengalaman pertama duduk di tribun ekonomi. Pengalaman pertama mendengar dengungan yel-yel dukungan terhadap Arema secara langsung. Pengalaman pertama menonton langsung pertandingan Arema, walaupun bukan big match. Pengalaman pertama jajan di Stadion. Pengalaman pertama duduk di antara Aremania sejati. Semuanya serba pengalaman pertama bagi ayas. Dan ayas tidak berhenti mengagumi semua, memandang berkeliling. Impian ayas selama ini jadi kenyataan, walaupun pada akhirnya ayas harus dimarahi Bapak juga! Mungkin terdengar terlalu didramatisir atau hiperbolis, tapi begitulah yang ayas rasakan.


15 Mei 2010 Saat mendukung tim futsal Inersia FC (Mekatronik ’08). Diantara mereka ada Viking, The Jak, dan Bonek.

Menjadi Aremanita di negeri para Bobotoh Persib dan Viking menjadi sebuah tantangan bagi ayas. Tapi ayas tidak gentar sedikitpun, bahkan bisa dibilang semakin edan saja. Kamar kost ayas dihiasi dengan bendera dan syal Arema yang terpasang di dinding kamar, di jendela terdapat stiker logo Arema dan stiker bertuliskan Arema Singo Edan. Kemana-mana ayas pakai pin Arema dan ada gantungan boneka singa di tas. Pada hari dimana Arema bertanding, ayas memakai kemeja yang bertuliskan ‘AremaNITA INDONESIA’ di punggung, atau jaket ‘Arema INDONESIA’. Beberapa teman berfikir saya edan, mencari gara-gara, mengundang bahaya, tapi ayas hanya tertawa, tidak menghiraukan.

Beberapa kali ayas sempat hampir menangis, menahan kejengkelan ketika adu argumen dengan salah satu teman ayas ketika dia menuding tim Singo Edan diatur memenangkan ISL musim ini. Ayas juga pernah mendapat olok-olok ‘Arema j*nc*k’ dari seseorang di jalan karena dia melihat ayas memakai atribut Arema, tapi yang membuat ayas terharu adalah teman ayas yang lain (pendukung setia Persib) berniat menghajar orang tersebut karena menghina ayas. Satu lagi, tetangga kamar ayas berasal dari Surabaya, dia adalah fans Persebaya, tapi kami akur-akur saja dan cukup menghormati satu sama lain, bahkan beberapa kali saya menonton pertandingan Arema di kamarnya. Jadi terkadang kebrutalan supporter adalah ulah dari beberapa oknum saja yang tidak menjunjung tinggi sportivitas.

Yang saya herankan adalah beberapa orang yang menghina Arema, justru mereka hafal dengan yel-yel yang biasa dinyanyikan oleh Aremania ketika mendukung Arema. Mungkin sebenarnya mereka kagum dengan Arema dan Aremania, namun gengsi mengakuinya karena mereka adalah Viking.

Dengan kecanggihan teknologi, rasa rindu ayas yang besar terhadap suasana Malang yang ramai ketika pertandingan Arema berlangsung menjadi sedikit terobati. Setiap online ayas tidak pernah lupa membaca artikel-artikel di ongisnade.net, Tribun Aremania telah membuat ayas merasa tidak sendiri di perantauan, jauh dari sanak keluarga dan kota kelahiran. Sungguh menginspirasi dan menambah motivasi, apalagi komentar-komentar dari Aremania yang selalu membuat merinding. Ayas semakin bangga dan mantap menjadi Aremanita, bagian yang tidak terpisahkan dari Arema Indonesia, pemain kedua belas yang selalu mendukung Arema Indonesia sepenuh hati segenap raga seluruh jiwa! Saya bangga kepada Anda semua, Aremania-Aremanita dimanapun berada. Arema tidak kemana-mana tapi dimana-mana. Sebuah loyalitas tanpa batas!

Gebrakan yang didengungkan Aremania yaitu no racism dan no gap gender semoga menjadi pelopor terciptanya iklim sepak bola yang kondusif, ramah, dan berprestasi. Dengan banyaknya Aremanita yang sekarang berani datang ke stadion menonton langsung pertandingan Arema, ayas harap bisa disikapi dengan baik oleh Aremania. Mohon bisa menjaga saudari-saudarinya yang juga fanatik terhadap Arema, tidak melakukan hal-hal yang mengarah pada pelecehan baik secara verbal (ucapan) maupun fisik (sentuhan). Bagi Aremanita, ayas berharap bisa menempatkan diri dengan baik pada saat menonton pertandingan, misalnya dengan berpakaian yang tidak mengundang tindakan pelecehan (tidak ketat), dan tidak datang sendirian (datang berkelompok), sehingga meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.


Sebelum pertandingan derby Malang

Karena situs jejaring sosial Facebook, alhamdulillah ayas sekarang telah bergabung dengan Aremania Bandung. Kami berusaha merapatkan barisan, membangun komunitas layaknya nawak-nawak di kota lain; Aremania Batavia, Aremania Dewata, Aremania Borneo, dan masih banyak lagi. Semoga dapat membentuk ikatan yang erat dan berkembang menjadi besar.

Siapalah ayas, hanya seorang Aremanita kemarin sore yang mempunyai impian sejak kecil menonton pertandingan Arema di stadion. Ayas bukan siapa-siapa bila dibandingkan dengan dedengkot-dedengkot Aremania yang sudah puluhan tahun ‘mengabdi’ menjadi pendukung fanatik Singo Edan. Apalah bentuk perjuangan ayas, kalau bukan tetap membawa identitas sebagai Aremanita dimanapun ayas berada, dan menunjukkan keberanian sebagai Kera Ngalam yang berkarakter layaknya singa. Kapan lagi ayas menunjukkan eksistensi dan keberadaan diri kalau bukan dimulai saat ini. Siapa lagi yang mendengar suara hati ayas kalau tidak ayas ungkapkan disini, kepada nawak-nawak Arema-AremaNITA sejati di penjuru tanah air dan belahan dunia.

Kita telah menjelma menjadi komunitas yang tangguh, berwibawa, dan besar. Mampu melewati batas jarak dan waktu, di pelosok kampung, di setiap sudut kota, menyeberangi selat dan laut, melewati batas teritori negara, bahkan benua. Komunitas lintas generasi yang tidak mengenal perbedaan gender, suku, agama, ras, profesi, dan partai politik. Menjadi kebanggaan bagi siapa saja, yang pernah lahir, besar, atau tinggal di Malang, bahkan orang-orang yang tidak mengetahui letak Malang pada peta sekalipun! Sebuah kalimat yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam, memasuki setiap relung dada, mengalir bersama darah, tertancap di dalam memori sepanjang masa, dengan bangga mengucap SALAM SATU JIWA!!!

Mari kita berdoa sejenak…
Semoga perjuangan kita dalam mendukung tim kesayangan dimudahkan oleh Allah SWT…
Keikhlasan nawak-nawak mengeluarkan berlembar-lembar rupiah demi membeli bensin, membeli tiket kereta api, membeli tiket bus, membeli tiket pesawat, membeli tiket pertandingan, membeli atribut sebagai wujud dukungan kepada Singo Edan semoga dicatat sebagai amalan yang baik…
Menempuh jarak berkilo-kilo meter (bagai seorang musafir) untuk menonton langsung, atau duduk dihadapan layar kaca dengan meninggalkan sejenak aktivitas rutin semoga mendapat limpahan rahmat dari Sang Khalik…
Berdiri di tribun, menggerakkan seluruh anggota badan mengikuti panduan sang dirigen, bernyanyi dan berteriak lantang mendengungkan yel-yel penyemangat, membahana di setiap sudut stadion, semoga mendapat imbalan pahala…
Tak peduli tersengat matahari terik atau kuyup oleh air hujan, semoga bisa menjadi penghapus dosa…
Membentuk korwil, menyandang embel-embel Arema, Aremania, Aremanita di akun facebook, bergabung dalam berbagai forum di dunia maya, semoga menjadi ajang persaudaraan dan silaturahmi untuk memperpanjang umur…
Menahan perlakuan buruk dan hinaan dari pihak-pihak yang hanya sekadar iri, semoga menjadi pengingat bahwa apa yang kita dapatkan sekarang masih patut diperjuangkan sampai nanti…
Dengan bangga mengenakan atribut Arema, berkata “saya Aremania” kepada semua orang, semoga mendapat ridho Yang Maha Kuasa…
Dan kelak bersama-sama kita tetap menyanyikan yel-yel Arema di surga!
Amin ya robbal alamin…

AKU BANGGA MENJADI AREK MALANG!
SALAM SATU JIWA…
LOVE U Arema INDONESIA
LOVE U BRO & SIST, Aremania-AremaNITA
DIMANAPUN BERADA KAMI SELALU ADA KARENA KAMI Aremania

Jumat, 25 Juni 2010

Aremanita, Tunjukkan Aksimu!

Sepak bola merupakan olahraga paling populer di planet Bumi, sangat diminati oleh berbagai kalangan. Mudah menemukan anak-anak bermain sepak bola di sore hari, pertandingan tarkam pada momen peringatan 17 Agustus-an, atau even sepak bola yang diadakan oleh instansi tertentu. Selain itu banyak negara-negara yang menjadikan sepak bola sebagai acara tahunan, yang sering di sebut liga. Dan di tahun ini even World Cup di Afrika Selatan menjadi acara yang paling ditunggu-tunggu oleh penikmat dan pencinta sepak bola di seluruh belahan dunia.

Di Indonesia tak mau ketinggalan, sejak 1994 dimulai dengan Ligina dimana PSSI (sebagai organisasi sepak bola nasional) mendorong sepak bola Indonesia menjadi lebih profesional, kemudian dengan mengalami berbagai perubahan format pertandingan, hingga sekarang (tahun kedua) ISL telah sukses digelar, merupakan bukti semakin majunya sepak bola tanah air.

Hampir setiap daerah memiliki klub sepak bola kebanggaan yang berlaga pada level tertentu (sesuai dengan prestasi dan anggaran yang dimiliki). Menurut artikel Cak Faris, omong kosong apabila sebuah klub sepak bola mampu bertahan tanpa dukungan suporter yang ada dibelakangnya. Kita tentu mengangguk setuju dengan pernyataan tersebut. Arema Indonesia yang sukses merengguk kemenangan pada ISL musim 2009/2010 ini, salah satu faktornya tentu tidak lepas karena totalitas dukungan Aremania, suporter fanatiknya. Hal ini semakin dibuktikan bahwa Arema Indonesia yang notebene adalah klub non-APBD mampu bertengger pada singasana teratas level sepak bola tertinggi di tanah air, mampu mengatasi krisis anggaran yang sempat melanda salah satunya karena keikhlasan Aremania yang rela membayar mahal tiket pertandingan di Stadion Kanjuruhan (termahal di Indonesia).

Isu emansipasi wanita yang gencar dikampanyekan pada jaman globalisasi ini, juga berdampak pada sepak bola. Sepak bola tidak lagi menjadi monopoli laki-laki. Tidak sedikit kaum Hawa yang juga suka, bahkan fanatik terhadap sepak bola. Sekarang sudah menjadi hal lumrah bagi perempuan untuk turut berdiskusi dan pergi ke stadion untuk menonton pertandingan klub favoritnya secara langsung. Menurut Laporan Studi Lapangan yang dilakukan John Psilopatis, dengan semakin dewasanya suporter sepak bola (yang didominasi laki-laki), membuat semakin mudahnya menemukan suporter perempuan yang berani hadir di stadion.


Aremanita, The Jack Angle, Bonita, dan Srikandi adalah bukti pengakuan terhadap keberadaan suporter perempuan. Kehadiran Aremanita (julukan bagi suporter perempuan Aremania) menjadi sebuah warna tersendiri. Aremanita turut menghapuskan persepsi miring masyarakat yang konservatif, yaitu menganggap bahwa perempuan yang gemar sepak bola adalah perempuan yang ‘nakal’ dan sekadar ikut-ikutan. Stereotip negatif tersebut, seharusnya dibuang jauh-jauh. Mendukung Arema adalah hak siapa saja, tak terkecuali bagi perempuan sekalipun.

Selayaknya kemunculan suporter perempuan dalam sepak bola turut didukung oleh suporter laki-laki. Banyak kisah suporter perempuan yang mendapat tindakan tidak menyenangkan dan mengarah pada tindak pelecehan. Hal ini patut disesalkan, karena tindakan yang tidak terupuji tersebut turut menghambat proses terciptanya sepak bola yang kondusif, maju, dan dewasa.

Aremanita adalah bagian dari Aremania, yang mempunyai visi untuk mendukung Singo Edan. Sudah saatnya bagi Aremanita untuk menunjukkan aksinya yang lebih nyata, sebagai barometer suporter perempuan pada kancah sepak bola tanah air. Rencana memecahkan rekor Muri jumlah penonton perempuan terbanyak pada pertandingan derby Malang (Persema vs Arema Indonesia) tanggal 9 Maret 2010 lalu, sepatutnya dapat dilaksanakan suatu saat kelak, dengan persiapan yang matang oleh Panpel Pertandingan, serta kontribusi nyata dari Aremanita hal tersebut adalah realistis!

Alangkah baiknya apabila Aremanita-lah pihak yang mengingatkan Aremania apabila timbul indikasi untuk brutal dan kisruh, Aremanita-lah yang mampu membuat ‘adem’ suasana (dalam konteks positif) yang mulai memanas kala terjadi singgungan dengan suporter lain. Karena pada dasarnya jiwa perempuan lebih peka daripada laki-laki (kodratnya yang diciptakan sebagai ibu), sehingga lebih halus dan antipati terhadap segala bentuk anarkis.

Aremanita hadir di stadion tujuan utamanya adalah mendukung Singo Edan (walaupun tidak dipungkiri ada alasan untuk merefreshkan mata dengan melihat punggawa-punggawa Arema Indonesia yang nayamul cakep, namun julukan Aremanita tersebut sebaiknya tidak hanya disandang pada saat Arema Indonesia bertanding saja, lebih dari itu alangkah membanggakan apabila Aremanita juga turut mengangkat nama klub dan suporter dengan beragam kreativitas yang dimiliki. Contohnya dengan kegiatan-kegiatan sosial kemanusiaan… atau dengan sekadar menulis artikel seperti ini.

Ayo Aremanita, tunjukkan aksimu!
Catatan Aremanita (Aremania Parahyangan), yang jiwa Aremania-nya semakin menggebu justru ketika berada di perantauan

---pernah dimuat di www.tribunaremania.com---