Kamis, 28 Oktober 2010

Aremania, Kita Harus Kuat!

Jum’at, 9 Juli 2010. Pagi hari, seperti biasa ayas membuka akun Facebook. Sebuah status dari teman SMK ayas, yang kebetulan anggota Arema Jalur Gaza yang sekarang pindah ke Bali, Bli Diamilano Siep, membuat ayas sedikit bingung, isinya:

bukan soal cengeng…
bukan soal suporter…
tapi ini tentang loyalitas…
yang kusebut LOYALITAS TANPA BATAS
bila perlu menggalang dana
AYO KER BARENG2
ini tim seratus persen tanpa APBD…
inilah kemandirian sebuah organisasi sepak bola
WHERE ARE YOU BLUE ARMY???
S1J

Robert Albert dan Sam Rosyid Arema Parahyangan

Ada apa lagi ini? Belum sempat ayas mencari tahu, tiba-tiba ada pesan singkat masuk dari Sam Dhedhet, anggota Arema Parahyangan yang berbunyi: Ker, yo opo iki?, kabare AIFC kok tambah tewur?
Ayas berkesimpulan bahwa memang sedang terjadi sesuatu secara cepat, padahal hari sebelumnya kita sudah mengetahui kabar baik. Ayas pun membalas pesan tersebut:

Wah, lieur Sam!
Baru wingi tenang, saiki gejolak maneh rupane
Nggarai ga mood lapo2 :(
Gawe skenario kok munggah mudhun ngene, emange sinetron!
Hehe, menghibur diri sendiri critane!
Ayas pun melanjutkan aktivitas sebagai mahasiswa magang di PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk dengan tidak cukup konsentrasi karena belum mencari tahu lebih lanjut informasi mengenai Arema Indonesia. Alhasil, pikiran ayas menjadi tidak tenang pagi itu. Begitu ada kesempatan ayas pun membuka situs ongisnade.net via mobile. Terlihat salah satu judul headline “KRISIS (LAGI)? Belum Terima Bonus Juara dan Gaji, Pemain Arema Berhenti Latihan”. Melihat judulnya saja rasanya hati ayas tertohok begitu keras, sungguh sakit!

Sedikit penghiburan, ketika ayas berjalan di area pabrik, ayas melihat seseorang memakai soak Aremania berwarna biru sedang mengarahkan sopir truk untuk parkir. Ayas senang bukan main melihat tulisan ‘AREMANIA, the best supporter’ di bagian depan soak tersebut. Maklumlah, ayas di Bandung, bukan di Ngalam, jadi melihat siapa pun beratribut Aremania membuat ayas merasa menemukan nawak seperjuangan sebagai perantauan. Ayas langsung menemui nawak tersebut yang ternyata adalah kenek truk pengangkut material bahan baku, secara spontan ayas ngobrol menggunakan Bahasa Jawa berpadu Osob Kiwalan. Ayas bermaksud mengajaknya bergabung dengan Arema Parahyangan, namun ternyata domisilinya di Jakarta.

Walau singkat, namun memberi kesan kepada ayas bahwa atribut Aremania yang mungkin digunakan tanpa maksud dan tujuan apa-apa, dapat menjadi sebuah identitas yang membuat orang lain berasumsi bahwa pengguna atribut tersebut adalah Aremania. Tapi jangan salah, belum tentu yang memakai atribut Arema adalah gnaro Ngalam saja. Sebut saja Sam Agung Hercules, yang punya kisah bertemu dengan sekolompok orang yang memakai soak Arema, ketika diajak ngobrol menggunakan Bahasa Jawa, mereka tidak paham sama sekali.

Kembali ke berita yang membuat ayas menjadi resah di hari Jum’at itu. Mengutip kata-kata dari sebagian besar nawak-nawak Aremania, permasalahan finansial yang dihadapi Arema Indonesia adalah hal klasik, tidak sekali ini terjadi. Namun seklasik-klasiknya masalah ini, tetap saja akan membuat Aremania yang terlanjur ‘cinta mati’ menjadi gundah gulana.

Sebagai orang awam yang tidak punya kompetensi dalam bidang manajemen, kita memang tidak boleh serta merta menyalahkan Manajemen Arema Indonesia. Namun terlepas dari apresiasi setinggi langit kepada pihak Manajemen yang turut mengantarkan Arema Indonesia menduduki tahta tertinggi ISL 2009/2010 ini, tetap saja sebagian di antara kita merasakan kegeraman. Apa yang terjadi dalam tubuh Manajemen? Wallahu’alam.

Aremania bukanlah sekumpulan jenius pemenang olimpiade MIPA tingkat internasional. Aremania bukanlah himpunan jutawan dengan puluhan perusahaan. Aremania bukanlah golongan pejabat-pejabat tinggi yang mempunyai kuasa besar untuk melakukan banyak hal. Tapi Aremania adalah orang-orang yang memiliki rasa cinta terhadap Arema Indonesia.

Bicara mengenai cinta, tentu nawak-nawak memiliki persepsi sendiri-sendiri. Namun dengan modal cinta itulah nawak-nawak bereaksi kala mengetahui problematika yang terjadi dengan klub Singo Edan kebanggaan kita. Kebersamaan dan loyalitas menjadi alasan keikhlasan nawak-nawak rela merogoh kocek yang tidak sedikit untuk menonton secara langsung pertandingan Arema Indonesia, demi kontribusi untuk sesuatu yang Aremania sangat cintai.

Jangan sampai permasalahan ini berlarut-larut, sehingga Manajemen, klub, dan suporter mendapat julukan ‘Hanya Pura-Pura’ dari pihak yang ingin mengambil keuntungan dari kondisi kita sekarang. Atau malah dengan tega hati ada yang menyebut problematika ini sebagai amunisi untuk psywar sebelum menghadapi kompetisi selanjutnya. Marilah kita sanggah pandangan tersebut dengan keyakinan bahwa kondisi yang real ini tidak dibuat-buat hanya untuk mendapatkan belas kasihan, tapi sebagai cambuk Aremania untuk benar-benar memantapkan hati lebih mencintai Arema Indonesia setulus hati.

Aremania bukanlah sekadar suporter. Lebih dari itu, telah menjadi bagian hidup yang tidak kemana-mana tapi dimana-mana. Permasalahan ini patutnya dijadikan momentum pendewasaan diri. Bukan lagi sibuk mengurusi gesekan dengan suporter lain, tapi bagaimana upaya kita menggali dana usaha, menarik minat investor, atau bahkan membeli saham seandainya PT Arema Indonesia Go Public. Sikap loyalitas dan kooperatif Aremania lah yang akan menjadi nilai plus dalam kelancaran usaha itu. Arema Indonesia adalah keyakinan bagi Aremania, dan Aremania adalah jiwa bagi Arema Indonesia. Apa bedanya? Tidak ada, karena telah menjadi sebuah kesatuan erat yang tak terpisahkan.
Arema Parahyangan Tour Senayan

Lepas dari kurang dan lebihnya Manajemen saat ini, untuk kedepannya hendaklah Manajemen diisi oleh orang-orang yang betul-betul cinta Arema Indonesia dan bangga menyebut dirinya sebagai Aremania. Namanya juga kekuasaan, siapa tahu ada motif lain dibaliknya. Bukannya ayas berburuk sangka terhadap Manajemen sekarang. Hanya jangan sampai ada yang punya pikiran bahwa Arema Indonesia adalah ladang subur untuk mengeruk keuntungan pribadi. Marilah kita bersama-sama introspeksi diri.

Memang, Aremania tidak memiliki hak untuk ikut campur ‘urusan rumah tangga’ Manajemen. Tapi ingat, Arema Indonesia sudah menjadi bagian hidup dari Aremania. Jadi sekecil apapun gejolak yang terjadi pada tubuh Manajemen dan berimbas pada tim, tentu akan mendapat perhatian besar Aremania yang jumlahnya tidak sedikit itu.

Aremania tentu siap menjadi partner Manajemen dalam mencari solusi. Marilah kita sama-sama perjuangkan nasib Arema Indonesia ke depan. Bukan lagi sekadar sepakbola, klub lokal kebanggaan warga Ngalam, tapi sudah menyangkut sebuah keyakinan di dalam jiwa tiap individu. Aremania siap menjadi garda terdepan untuk mempertahankan Arema Indonesia tetap ada.

Kesabaran Aremania memang sedang dan akan terus teruji sampai nanti, namun apakah semua pihak tidak dapat belajar dari pengalaman-pengalaman yang sudah lewat. Sudah cukup banyak masukan dari nawak-nawak tentang solusi yang masuk akal untuk menghilangkan masalah klasik ini selama-lamanya, yang dimuat oleh ongisnade.net. (Artikel Sam Andi, “Aremania Sodori Kontrak Robert?”, artikel “Darah Baru Untuk Arema Indonesia” oleh Sam Iskhaq Assyafi’i, dan solusi-solusi dari nawak-nawak yang lainnya) Namun suara nawak-nawak tersebut akan sekadar menjadi wacana kalau tidak ada pihak yang mempunyai kuasa besar untuk menindaklanjuti saran dan ide-ide tersebut.

Kita berharap agar pihak ongisnade.net selaku media yang dipercaya oleh nawak-nawak untuk mempublikasikan suara hatinya, dapat menjadi mediator dalam penyampaian aspirasi kepada pihak-pihak yang lebih punya kuasa, Manajemen misalnya. Dengan keterbatasan yang dimiliki oleh nawak-nawak yang memiliki pemikiran cemerlang tersebut diharapkan ongisnade.net lah yang berperan sebagai penyambung lidah. Siapa tahu media ini dapat berkontribusi lebih banyak lagi sebagai wujud cinta terhadap Arema Indonesia. Masalah bagaimana tanggapan pihak-pihak yang berwenang nantinya, itu lain perkara. Karena mungkin kita tidak sepaham mereka mengenai kebijakan-kebijakan seperti apa yang layak diambil. Semoga Manajemen benar-benar cinta Arema Indonesia. Itu penting, karena kita berbeda dari klub sepakbola lain yang ada di Indonesia. Kita adalah klub mandiri. Kita tidak akan pernah tahu sebelum mencoba, bukan?

Pepatah ‘semakin tinggi pohon, anginnya pun semaking kencang’ sekarang sedang terjadi kepada klub kita. Banyak cobaan yang sedang dan akan kita alami ke depan. Jangan diartikan sebagai halangan, namun hendaknya dijadikan tantangan yang harus ditaklukkan. Yakinlah dengan semangat kebersamaan dan loyalitas yang kita miliki, kita akan sanggup melewati ini semua. Kita memang perlu ditempa oleh bara panas agar kita benar-benar berjiwa baja! Siapapun pemain yang beranjak pergi meninggalkan Arema Indonesia, tak perlu lama-lama kita sesali, mengutip slogan dalam militer ‘Esa hilang, dua terbilang’, wajib kita yakini! Aremania adalah jelmaan jiwa-jiwa singa, kita harus kuat!

Pulang magang hari itu ayas segera ke Caringin, menemui nawak-nawak Arema Parahyangan, berharap dengan berkumpul bersama mereka, ayas dapat berbagi beban dan ada sesuatu yang dapat kami lakukan.
Aremania, jangan pernah tanyakan apa yang sudah kita dapatkan.
Tapi tanyakan apa yang sudah kita berikan.
Untuk Arema Indonesia.

Jangan hanya hati saja yang tergerak, badan kita pun mari bergerak.
Kita boleh saja menunggu, tapi jangan bertopang dagu.
Sembari berdoa, marilah kita usaha, demi kejayaan Arema Indonesia.

SALAM SATU JIWA!
Arema di hati, Arema sampai mati
Jum’at, 9 Juli 2010
@ Office Utility Departement
PT Ultrajay Milk Industry, Tbk.

(marlitha_giofenni@yahoo.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar