Selasa, 26 Oktober 2010

Arema Parahyangan dan Pemain Arema Indonesia

Sesuai jadwal, Arema Indonesia menghadapi Persib Bandung pada putaran kedua babak delapan besar Piala Indonesia 2010 pada tanggal 22 Juli 2010. Tim Arema Indonesia telah sampai di Bandung dua hari sebelum jadwal pertandingan.
Bersama Roman Chmelo
Selasa siang itu sebuah pesan singkat datang dari salah satu nawak Aremania di Bandung yang memberikan informasi mengenai jadwal uji coba lapangan tim Arema Indonesia di Stadion Siliwangi pukul 15.30 dan menyebutkan Hotel Galeria Topas yang terletak di daerah Pasteur (Jl. Djunjunan) Bandung sebagai tempat menginap para punggawa Singo Edan.

Sepulang magang, ayas menuju Stadion Siliwangi dan menemukan kondisi lapangan yang kurang layak untuk pertandingan selevel Piala Indonesia. Pukul 16.00 ayas tidak melihat sedikitpun tanda-tanda kedatangan pemain Arema Indonesia di sekitar stadion. Berhubung sejak mendapatkan pesan singkat itu ponsel ayas mati karena lowbat, ayas pun tidak dapat menghubungi siapapun untuk menanyakan kebenaran informasi tersebut. Petugas yang ada di kawasan stadion pun tidak mengetahui jadwal uji coba tim Arema Indonesia. Alhasil ayas memutuskan untuk pulang lagi menuju kawasan Cimahi sekitar satu jam menggunakan angkot.

Ayas cukup kecewa karena harapan ayas bertemu dengan pemain-pemain idola tidak kesampaian. Sesampainya di kost, ayas menghubungi Sam Dhedhet (nawak Arema Parahyangan) untuk berangkat ke Hotel Topas. Ayas berpikir, bagaimanapun juga harus ada usaha lagi ketika usaha pertama gagal. Ternyata menurut informasi, sebenarnya pemain Arema Indonesia jadi uji coba lapangan sore itu, namun terambat datang dikarenakan terjebak macet.

Sebelumnya, ayas minta maaf karena tidak bisa menyebarkan informasi kegiatan tim Arema Indonesia di Bandung via sms kepada nawak-nawak Aremania yang lain, karena ponsel ayas sedang error. Ayas hanya bisa menyebarkan via status Facebook saja. Mungkin ada pihak-pihak yang merasa kurang berkenan karena tidak mengetahui informasi ‘penting’ tersebut.

Pukul 19.00 ayas dan Sam Dhedhet berada di pinggir jalan Hotel Topas, sambil melihat-lihat situasi hotel. Kemudian datang beberapa nawak-nawak Aremania menghampiri kami, karena melihat ayas memakai soak bergambar kepala singa yang sudah tidak asing lagi di pinggir jalan. Bergabunglah Sam Untung, Sam Victor, Sam Joe, Teh Niken (yang membuat artikel “Izinkan Saya Menjadi Aremanita”), Sam Kamto, salah seorang saudaranya, dan satu Aremania licek. Rupanya mereka juga mendapatkan informasi yang sama.

Kemudian kami memasuki lobi hotel dan disambut oleh Sam Basuki, yang memang sudah standby sejak awal kedatangan tim Arema Indonesia di Bandung. Rupanya para pemain dan pelatih Robert Albert sedang makan malam di restoran hotel. Kamipun menunggu sambil berbincang ringan. Satu Aremania pun datang menyusul, yaitu Sam Deddy. Ketika mendengar sorak “Salam Satu Jiwa, Arema Indonesia” yang dilakukan pemain, kamipun bersiap-siap untuk menyambut mereka.
Tanda Tangan Roman di Punggung

Pukul 19.36 satu per satu wajah-wajah yang selama ini bisa kami lihat dari layar televisi dan dari kejauhan saat di stadion, secara nyata ada di depan mata. Kami menyalami mereka yang malam itu kompak mengenakan soak tim warna biru, dan secara refleks meminta foto bersama dengan mereka, walaupun secara individu (tidak secara tim). Mereka kemudian menuju kamar masing-masing. Kami pun masih berada di lobi, menunggu sang Pelatih, Mr. Robert yang kebetulan masih melakukan santap malamnya. Sembari menunggu itu, kami melihat para pemain satu persatu keluar dari kamarnya, berjalan melaui koridor dan menuju lobi, mereka telah berganti pakaian menjadi lebih santai. Kesempatan itu pun kami manfaatkan untuk foto-foto lagi. Kami sempat menanyakan hendak kemana mereka pergi, dengan santai Roman menjawab bahwa dia akan shopping. Kebetulan Hotel Topas berdekatan dengan pusat perbelanjaan BTC (Bandung Trade Centre).

Ketika Mr. Robert telah selesai makan malam. Kami pun mendekatinya untuk meminta berfoto bersama. Sam Victor dan Sam Joe saling meneriakkan kata-kata “COACH, WE LOVE YOU, STAY IN AREMA PLEASE…”
Mr. Robert pun menjawab “I’M HERE BECAUSE I LOVE AREMA AND AREMANIA, BUT I DON’T LIKE …”. Jawaban yang menggantung itu cukup membuat kami merasa tersentak dan sedih secara tiba-tiba! Kami mendengar dari mulutnya sendiri. Sebagian dari kami hanya terdiam, tak tahu harus merespon dengan cara seperti apa. Terlalu nyata kelanjutan jawaban itu.

Berhubung kedatangan kami ke Hotel Topas tersebut mendadak dan tidak direncanakan, tentunya kami pun tidak memikirkan harus membawa ‘senjata’ apa ketika bertemu punggawa-punggawa Singo Edan. Akhirnya Sam Victor mengajak ayas untuk membeli spidol yang akan digunakan untuk meminta tanda tangan. Kami berlari-lari di pinggir padatnya lalulintas Pasteur di malam hari sejauh kurang lebih 200 m untuk membeli spidol.

Kemudian kami meminta tanda tangan kepada Mr. Robert, dengan begitu ramahnya beliau menanggapi permintaan kami. Sungguh terbukti bahwa beliau merupakan sosok yang ‘low profile’. Sangat menyenangkan berjabat tangan erat dengannya. Aura seorang pemimpin benar-benar keluar dari dalam jiwa pelatih kesayangan warga Ngalam tersebut. Kami membuktikannya malam itu. Sengaja ayas meminta beliau untuk membubuhkan tanda tangannya pada kerudung ayas!

Kurnia Meiga, Piere Njanka, dan Ridhuan yang sedang duduk santai di beranda depan dengan senang hati mau membubuhkan tanda tangan mereka pada soak yang masing-masing dari kami kenakan. Ketika itu Piere Njanka sedang berkomunikasi via ponsel menggunakan bahasa asing-nya, namun tetap saja mau melayani permintaan tanda tangan.

Malam itu para pemain yang bertemu dengan kami adalah Piere Njanka, Roman Chamelo, M. Ridhuan, Kurnia Meiga, Iswan Karim, Irfan Raditya, Benny Wahyudi, Zulkifli, Waluyo, Hermawan, Ronny Firmansyah, Ahmad Bustomi, Djalaludin Main, Alfarizi, Fakhruddin, Rahmad Afandi, dan Dendi Santoso. Sedangkan Noh Alamsah yang dikabarkan akan turut memperkuat tim akan datang menyusul.

Kami yang merasa menjadi penggemar fanatik, tanpa segan meminta berfoto bersama mereka serta mendapatkan coretan dari tangan mereka untuk sebuah kenang-kenangan yang bernilai. Ibaratnya minta foto dan tanda tangan adalah wajib hukumnya bagi kami, sebuah prestise sebagai penggemar mendapat kenang-kenangan dari idolanya. Hal yang cukup wajar sebagai Aremania yang selalu mendukung mereka selaku pemain kesebelasan di lapangan.

Sekitar pukul 21.00 pemain mulai kembali ke hotel, karena jam malam telah berlaku bagi mereka. Kami pun memilih berpindah ke depan hotel untuk menyambut pemain yang baru pulang dari jalan-jalan, dengan lagi-lagi meminta berfoto dan tanda tangan tentunya.
Bersama Robert Albert di Lapangan Brigif Cimahi

Arema Parahyangan mengobrol dan saling berkomentar tentang ‘pahlawan’ Bumi Arema tersebut, saling bercerita bahwa sebagian besar dari kami baru kali pertama mengalami situasi seperti malam itu. Berada dalam jarak yang sangat dekat dengan pemain sepakbola yang ketenarannya menyamai selebritis maupun politisi tersebut membuat perasaan kami berbunga-bunga, bahkan kaki ayas terasa lemas, dan sensasi merinding pun beberapa kali terjadi. Begitulah hebatnya bertemu idola.

Ayas merasa sangat beruntung hari itu. Awalnya ayas gagal melihat mereka latihan, membuat ayas setengah kecewa, kemudian tergantikan dengan kesuksesan bertemu mereka. Butuh usaha ekstra setelah usaha pertama gagal. Pukul 21.30 kami memutuskan untuk pulang ke tempat masing-masing dengan hati yang begitu riang.

Keesokan harinya, Rabu, kami mendapatkan informasi tempat latihan tim Singo Edan di Lapangan Brigif Cimahi. Kabar lain dari nawak-nawak di Malang, foto dan berita mengenai Arema Parahyangan dimuat pada salah satu harian surat kabar terkemuka di Malang. Pukul 15.30, ayas datang sendiri ke lokasi yang terletak di kawasan komplek militer tersebut. Sudah ada Sam Basuki yang duduk di tenda komando. Kemudian satu persatu nawak-nawak Arema Parahyangan berdatangan. Sekitar 15 nawak Arema Parahyangan melihat langsung acara latihan mereka. Dengan asyik kami memperhatikan mereka dari pinggir gawang, tak lupa kamera mengabadikan aksi mereka sore itu. Terlihat santai dan begitu akrab, pemain berlatih sambil sesekali saling melemparkan guyonan. Beberapa kali diantara kami meneriakkan dukungan kepada pemain yang sedang melakukan latihan.

Sore itu rupanya Along sudah bergabung dengan Skuad Singo Edan, beberapa kali Along menerjemahkan instruksi dari Mr. Robert. Namun dalam sesie latihan tersebut tidak tampak M. Ridhuan di antara mereka. Pukul 17.00 mereka mengakhiri latihan dengan sorakan penutup yang sama dengan pembuka, “Salam Satu Jiwa, Arema Indonesia!”. Kemudian mereka langsung menuju Bus Damri AC berplat kuning yang menjadi alat transportasi mereka selama di Bandung. Lagi-lagi Mr. Robert yang berjalan paling akhir bersedia memenuhi permintaan foto bersama dari kami.

Doa tulus menyertai mereka, semoga hari berikutnya mereka dapat menunjukkan performa terbaik di kandang Maung Bandung. Tempat pertandingan yang sedianya dilakukan di Stadion Siliwangi, dipindah ke Stadion Si Jalak Harupat Soreang Kabupaten Bandung.

Entah, malam sebelumnya kami bermimpi apa, dapat bertemu langsung, berjabat tangan, berfoto, meminta tanda tangan, dan sedikit mengobrol dengan tim Arema Indonesia. Yang membuat spesial adalah itu semua kami dapatkan di Bandung. Belum tentu di Malang kami dapat merasakan pengalaman menyenangkan tersebut. Semua itu akan kami kenang dalam perjalanan kami sebagai Aremania di Tanah Sunda, Arema Parahyangan.

Apa yang kami lakukan tersebut merupakan wujud dukungan nawak-nawak Aremania di Bandung terhadap tim Arema Indonesia secara nyata. Ya, di Bandung ada Aremania yang tak kalah fanatik dengan di Bumi Arema sendiri maupun kota-kota lain. Semoga hal-hal yang Arema Parahyangan lakukan dapat menjadi sebuah bukti bahwa kami ada. Selayaknya nawak-nawak Aremania, khususnya di Stadion Kanjuruhan juga menyadari keberadaan kami yang berada di daerah ‘abu-abu’ ini untuk dijadikan pengendali agar tidak meneriakkan yel-yel rasis terhadap klub lain sesama biru yang kebetulan bermarkas di Bandung. Karena sebenarnya, Arema Parahyangan di Bandung pun telah sedikit demi sedikit bermediasi dengan Bobotoh. Mohon dukungan dari nawak-nawak Aremania yang lain.

Salam Satu Jiwa
(marlitha_giofenni@yahoo.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar