Minggu, 27 Juni 2010

Suara Aremanita di Tanah Sunda

Ayas adalah salah satu Aremanita, yang lahir dan besar di Malang (tepatnya Singosari) selama 18 tahun. Tapi 2 tahun yang lalu ayas ‘terpaksa’ hijrah ke sebuah kota kecil di sebelah Kota Bandung, yaitu Kota Cimahi, di mana ayas mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi secara gratis (beasiswa) atas sponsor dari sebuah perusahaan susu terkenal di Bandung.

Ayas baru berani menyebut diri ayas sebagai Aremanita justru ketika ayas berada di kota yang jaraknya beratus-ratus kilometer dari markas Arema, bukan berarti ayas dulunya tidak suka Arema. Sejak kecil ayas suka menonton pertandingan Arema yang ditayangkan di televisi dan selalu senang melihat konvoi Aremania di jalan raya setelah pertandingan usai. Orang tua tidak mengijinkan ayas untuk menonton di stadion, alasannya adalah ayas perempuan, masih licek, dan tidak ada yang menemani. Dalam pikiran ayas waktu itu adalah “Oke Pak, Bu’, untuk sekarang mungkin masih belum saatnya, tapi suatu saat ayas harus nonton langsung di stadion!”.

Dan angan itu terwujud! Sehari menjelang ayas balik ke Cimahi setelah mudik, tepatnya tanggal 30 September 2009, adik laki-laki (15 tahun) ayas yang rupanya waktu itu mulai menggandrungi Arema, tiba-tiba mengajak ayas menonton pertandingan dalam rangka launching team Arema untuk ISL musim 2009/2010. Dengan sedikit kenekatan, ayas dan adik berangkat, berboncengan naik sepeda motor Bapak menuju Stadion Kanjuruhan. Tanpa sepengetahuan orang tua, karena kalau bilang dulu pasti dilarang.

Perjalanan 1 jam dari hamur ayas di daerah Singosari menuju Kanjuruhan ayas lalui dengan hati riang, untung saja ayas sudah punya atribut Arema jadi ayas semakin percaya diri bergabung untuk pertama kali dengan simpatisan Arema. Sampai di Stadion ayas tak henti-henti bersyukur bisa melewatkan momen yang sudah ayas tunggu sejak lama, berada di antara ribuan Aremania, menonton pemain Arema bertanding, mendengar riuh rendah suara yel-yel penyemangat yang membahana memenuhi seluruh stadion.

Sungguh pengalaman yang menakjubkan. Pengalaman pertama bertemu dengan Aremania di jalan raya yang berbondong-bondong menuju satu tujuan yang sama, Stadion Kanjuruhan. Pengalaman pertama memakai atribut Arema. Pengalaman pertama membeli tiket lewat calo (untuk yang satu ini tidak patut dibanggakan, karena waktu itu ayas dan adik belum tahu dimana membeli tiket resmi , apalagi berangkatnya mendadak). Pengalaman pertama memasuki Stadion Kanjuruhan. Pengalaman pertama melewati petugas penyobek karcis di Stadion. Pengalaman pertama duduk di tribun ekonomi. Pengalaman pertama mendengar dengungan yel-yel dukungan terhadap Arema secara langsung. Pengalaman pertama menonton langsung pertandingan Arema, walaupun bukan big match. Pengalaman pertama jajan di Stadion. Pengalaman pertama duduk di antara Aremania sejati. Semuanya serba pengalaman pertama bagi ayas. Dan ayas tidak berhenti mengagumi semua, memandang berkeliling. Impian ayas selama ini jadi kenyataan, walaupun pada akhirnya ayas harus dimarahi Bapak juga! Mungkin terdengar terlalu didramatisir atau hiperbolis, tapi begitulah yang ayas rasakan.


15 Mei 2010 Saat mendukung tim futsal Inersia FC (Mekatronik ’08). Diantara mereka ada Viking, The Jak, dan Bonek.

Menjadi Aremanita di negeri para Bobotoh Persib dan Viking menjadi sebuah tantangan bagi ayas. Tapi ayas tidak gentar sedikitpun, bahkan bisa dibilang semakin edan saja. Kamar kost ayas dihiasi dengan bendera dan syal Arema yang terpasang di dinding kamar, di jendela terdapat stiker logo Arema dan stiker bertuliskan Arema Singo Edan. Kemana-mana ayas pakai pin Arema dan ada gantungan boneka singa di tas. Pada hari dimana Arema bertanding, ayas memakai kemeja yang bertuliskan ‘AremaNITA INDONESIA’ di punggung, atau jaket ‘Arema INDONESIA’. Beberapa teman berfikir saya edan, mencari gara-gara, mengundang bahaya, tapi ayas hanya tertawa, tidak menghiraukan.

Beberapa kali ayas sempat hampir menangis, menahan kejengkelan ketika adu argumen dengan salah satu teman ayas ketika dia menuding tim Singo Edan diatur memenangkan ISL musim ini. Ayas juga pernah mendapat olok-olok ‘Arema j*nc*k’ dari seseorang di jalan karena dia melihat ayas memakai atribut Arema, tapi yang membuat ayas terharu adalah teman ayas yang lain (pendukung setia Persib) berniat menghajar orang tersebut karena menghina ayas. Satu lagi, tetangga kamar ayas berasal dari Surabaya, dia adalah fans Persebaya, tapi kami akur-akur saja dan cukup menghormati satu sama lain, bahkan beberapa kali saya menonton pertandingan Arema di kamarnya. Jadi terkadang kebrutalan supporter adalah ulah dari beberapa oknum saja yang tidak menjunjung tinggi sportivitas.

Yang saya herankan adalah beberapa orang yang menghina Arema, justru mereka hafal dengan yel-yel yang biasa dinyanyikan oleh Aremania ketika mendukung Arema. Mungkin sebenarnya mereka kagum dengan Arema dan Aremania, namun gengsi mengakuinya karena mereka adalah Viking.

Dengan kecanggihan teknologi, rasa rindu ayas yang besar terhadap suasana Malang yang ramai ketika pertandingan Arema berlangsung menjadi sedikit terobati. Setiap online ayas tidak pernah lupa membaca artikel-artikel di ongisnade.net, Tribun Aremania telah membuat ayas merasa tidak sendiri di perantauan, jauh dari sanak keluarga dan kota kelahiran. Sungguh menginspirasi dan menambah motivasi, apalagi komentar-komentar dari Aremania yang selalu membuat merinding. Ayas semakin bangga dan mantap menjadi Aremanita, bagian yang tidak terpisahkan dari Arema Indonesia, pemain kedua belas yang selalu mendukung Arema Indonesia sepenuh hati segenap raga seluruh jiwa! Saya bangga kepada Anda semua, Aremania-Aremanita dimanapun berada. Arema tidak kemana-mana tapi dimana-mana. Sebuah loyalitas tanpa batas!

Gebrakan yang didengungkan Aremania yaitu no racism dan no gap gender semoga menjadi pelopor terciptanya iklim sepak bola yang kondusif, ramah, dan berprestasi. Dengan banyaknya Aremanita yang sekarang berani datang ke stadion menonton langsung pertandingan Arema, ayas harap bisa disikapi dengan baik oleh Aremania. Mohon bisa menjaga saudari-saudarinya yang juga fanatik terhadap Arema, tidak melakukan hal-hal yang mengarah pada pelecehan baik secara verbal (ucapan) maupun fisik (sentuhan). Bagi Aremanita, ayas berharap bisa menempatkan diri dengan baik pada saat menonton pertandingan, misalnya dengan berpakaian yang tidak mengundang tindakan pelecehan (tidak ketat), dan tidak datang sendirian (datang berkelompok), sehingga meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.


Sebelum pertandingan derby Malang

Karena situs jejaring sosial Facebook, alhamdulillah ayas sekarang telah bergabung dengan Aremania Bandung. Kami berusaha merapatkan barisan, membangun komunitas layaknya nawak-nawak di kota lain; Aremania Batavia, Aremania Dewata, Aremania Borneo, dan masih banyak lagi. Semoga dapat membentuk ikatan yang erat dan berkembang menjadi besar.

Siapalah ayas, hanya seorang Aremanita kemarin sore yang mempunyai impian sejak kecil menonton pertandingan Arema di stadion. Ayas bukan siapa-siapa bila dibandingkan dengan dedengkot-dedengkot Aremania yang sudah puluhan tahun ‘mengabdi’ menjadi pendukung fanatik Singo Edan. Apalah bentuk perjuangan ayas, kalau bukan tetap membawa identitas sebagai Aremanita dimanapun ayas berada, dan menunjukkan keberanian sebagai Kera Ngalam yang berkarakter layaknya singa. Kapan lagi ayas menunjukkan eksistensi dan keberadaan diri kalau bukan dimulai saat ini. Siapa lagi yang mendengar suara hati ayas kalau tidak ayas ungkapkan disini, kepada nawak-nawak Arema-AremaNITA sejati di penjuru tanah air dan belahan dunia.

Kita telah menjelma menjadi komunitas yang tangguh, berwibawa, dan besar. Mampu melewati batas jarak dan waktu, di pelosok kampung, di setiap sudut kota, menyeberangi selat dan laut, melewati batas teritori negara, bahkan benua. Komunitas lintas generasi yang tidak mengenal perbedaan gender, suku, agama, ras, profesi, dan partai politik. Menjadi kebanggaan bagi siapa saja, yang pernah lahir, besar, atau tinggal di Malang, bahkan orang-orang yang tidak mengetahui letak Malang pada peta sekalipun! Sebuah kalimat yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam, memasuki setiap relung dada, mengalir bersama darah, tertancap di dalam memori sepanjang masa, dengan bangga mengucap SALAM SATU JIWA!!!

Mari kita berdoa sejenak…
Semoga perjuangan kita dalam mendukung tim kesayangan dimudahkan oleh Allah SWT…
Keikhlasan nawak-nawak mengeluarkan berlembar-lembar rupiah demi membeli bensin, membeli tiket kereta api, membeli tiket bus, membeli tiket pesawat, membeli tiket pertandingan, membeli atribut sebagai wujud dukungan kepada Singo Edan semoga dicatat sebagai amalan yang baik…
Menempuh jarak berkilo-kilo meter (bagai seorang musafir) untuk menonton langsung, atau duduk dihadapan layar kaca dengan meninggalkan sejenak aktivitas rutin semoga mendapat limpahan rahmat dari Sang Khalik…
Berdiri di tribun, menggerakkan seluruh anggota badan mengikuti panduan sang dirigen, bernyanyi dan berteriak lantang mendengungkan yel-yel penyemangat, membahana di setiap sudut stadion, semoga mendapat imbalan pahala…
Tak peduli tersengat matahari terik atau kuyup oleh air hujan, semoga bisa menjadi penghapus dosa…
Membentuk korwil, menyandang embel-embel Arema, Aremania, Aremanita di akun facebook, bergabung dalam berbagai forum di dunia maya, semoga menjadi ajang persaudaraan dan silaturahmi untuk memperpanjang umur…
Menahan perlakuan buruk dan hinaan dari pihak-pihak yang hanya sekadar iri, semoga menjadi pengingat bahwa apa yang kita dapatkan sekarang masih patut diperjuangkan sampai nanti…
Dengan bangga mengenakan atribut Arema, berkata “saya Aremania” kepada semua orang, semoga mendapat ridho Yang Maha Kuasa…
Dan kelak bersama-sama kita tetap menyanyikan yel-yel Arema di surga!
Amin ya robbal alamin…

AKU BANGGA MENJADI AREK MALANG!
SALAM SATU JIWA…
LOVE U Arema INDONESIA
LOVE U BRO & SIST, Aremania-AremaNITA
DIMANAPUN BERADA KAMI SELALU ADA KARENA KAMI Aremania

Tidak ada komentar:

Posting Komentar